News

Senin, 16 November 2015

Unknown

Tahap-Tahap Perkembangan Moral Peserta Didik - Aplikasi Pendidik

Tahap-Tahap Perkembangan Moral Peserta Didik

Pada artikel yang lalu kita telah membahas tentang bagaiamana memahami baca karakter peserta didik usia sekolah dasar bagaimana peran guru akan hal ini tentu dalam unsur pedagogik amat lah penting jadi acuan karena ini juga ada kaitannya jika kita mau mencermati efek atau akibat kesulitan belajar yang dialami siswa beranjak dari hal tersebut saat ini mari kita bahas secara fokus tentang perkembangan peserta didik.

Jika Jean Peaget membagi perkembangan kognitifnya dengan 4 Fase baca Perkembangan Kemampuan Intelektual beserta ciri-cirinya maka berbeda hal dengan satu ini walau satu nada namun ini pada perkembangan moral peserta didik

Perkembangan moral menurut Kohlberg
Tahap-tahap perkembangan moral terdiri dari 3 tingkat, yang masing-masing tingkat terdapat 2 tahap, yaitu:

I. Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional) perilaku anak tunduk pada kendali eksternal:

Tahap
1:  Orientasi pada kepatuhan dan hukuman anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak mendapat hukuman (punishment)
Tahap

2:  Relativistik Hedonism anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat relative, dan anak lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. Menurut Mussen, dkk. Orientasi moral anak masih bersifat individualistis, egosentris dan konkrit.

II. Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional)
Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) fokusnya terletak pada kebutuhan social (konformitas).
Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik anak memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain.

Tahap 4:  Mempertahankan norma2 sosial dan otoritas menyadari kewajiban untuk melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang telah disepakati bersama dan melaksanakannya

III. Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional)
Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional) individu mendasarkan penilaian moral pada prinsip yang benar secara inheren.

Tahap 5 Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu dengan lingk sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia berharap akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat. 
Tahap  

6: Prinsip Universal pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya: dalam hubungan antara seseorang dengan masyarakat ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan/perilaku itu baik/tidak baik; bermoral/tidak bermoral. Disini dibutuhkan unsur etik/norma etik yang sifatnya universal sbg sumber utk menentukan suatu perilaku yang berhubungan dengan moralitas.

Adapun kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif sebagai berikut:
1.   Kelebihan:
  • a.   Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
  • b.   Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
2.   Kekurangan:
  • a.   Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
  • b.   Sulit dipraktikkan, khususnya di tingkat lanjut.
  • c.   Beberapa prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
Kembali pada bahasan teori  Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai berikut:

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »